Minggu, 02 Februari 2014

KAJIAN PENJURIAN PEKAN BUDAYA KAMPAR



oleh: Rio dwi S
Pengamat Seni
Perayaan dan perhelatan akbar pekan budaya Kampar yang diselenggarakan disetiap tahunnya tidak lepas dari fenomena problematika penjurian yang keliru. Sistematika pola penjurian yang keliru dan bersifat monoton tersebut memungkinkan lemahnya nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat karena tereksploitasi oleh idealisme minoritas individu yang berkedok sebagai juri.
Tradisi merupakan kekayaan adiluhung yang berakar dari nilai-nilai fanatisme kebudayaan nenek moyang masyarakat tempatan. Seperti musik tradisional, pakaian adat, rumah adat, masakan tradisional, tatacara dan etika dalam menata cara kehidupan sehari-hari yang menjadi tradisi dan adat-istiadat bermasyarakat. Ketika nilai-nilai tradisi tersebut direndahkan dan dilecehkan besar kemungkinan akan berakibat fatal terhadap sentimental (nilai rasa) masyarakat penganut nilai-nilai tradisi tersebut, perasaan dan hati akan terganggu karena merasa nilai-nilai tradisinya diremehkan oleh beberapa individu atau sekelompok masyarakat lainnya.
Peristiwa mutakhir adalah perlombaan pekan budaya kampar yang erat kaitannya dengan nilai-nilai tradisi masyarakat Kampar tepatnya tanggal 16/19 Desember 2013. Secara defacto Lomba adalah ajang kompetisi yang bertujuan untuk mencari terbaik dari beberapa peserta yang baik.
Secara harfiah musik tradisional merupakan jenis aliran musik yang memiliki cirikhas dari tiap-tiap daerah yang bersifat turun-temurun dan dicintai oleh masyarakatnya. Pola pikir ini tentunya akan berdampak signifikan ketika satu dari beberapa musik tradisional yang dimenangkan dewan juri mendapat juara dan penghargaan  karena dianggap lebih bagus dan memiliki nilai-nilai eksotis dari tradisi masyarakt pesaingnya.         
Pertanyaannya apakah sistematika penjurian yang digunakan sudah benar berdasarkan kaidah dan prinsip penilaian yang sesuai dengan tema yang dilombakan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar